maknyus-bondan

COBROTAN.COM - Pernah dengar jargon  ‘maknyus'. Nah, kata-kata ini tak lepas dari Bondan Winarno, saat menjadi host dalam acara kuliner di stasiun TV swasta di Indonesia. Jargon ‘Maknyus’ kini menjadi salah satu kalimat yang dipakai hampir seluruh warga negara Indonesia. Jargon ini merupakan peninggalan Bondan yang menghadap ke illahi di RS Harapan Kita Jakarta, Rabu (29/11) pukul 09.05 WIB.

Mengulik jargon 'Maknyus', CNNIndonesia mengulasnya secara lengkap. 
‘Maknyus’ dipopulerkan Bondan kala dirinya menjadi presenter di acara Wisata Kuliner yang tayang pada 2002-2012. Dosen Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Karsono H Saputra, Rabu (29/11).

"Dalam ilmu bahasa, 'nyus' merupakan tiruan bunyi yang juga onomatopoeia (formasi kata dari sebuah bunyi). Bisa berupa keadaan atau kata kerja untuk benda jatuh, ayam berkokok. Sedangkan 'mak' itu untuk ungkapan yang tiba-tiba, seketika atau spontan," katanya.

"Jadi 'mak' terus diikuti tiruan bunyinya. Bisa 'nyus', atau lainnya," tambah Karsono.

Ia melanjutkan, 'nyus' kerap digunakan untuk menunjukkan rasa manis seperti merasakan air teh atau tebu. "Rasa manis yang luar biasa," katanya.
Tapi ‘maknyus’ yang diucapkan Bondan telah diperluas maknanya. Bukan hanya manis, melainkan semua yang rasanya luar biasa. Yang jelas, itu tidak mengubah maknanya.

“Perluasan makna sudah biasa terjadi," ungkapnya.


‘Maknyus' sendiri tidak ada dalam kamus bahasa jawa. Apalagi kamus besar bahasa Indonesia. Itu hanya kata-kata tidak baku yang dipopulerkan oleh Bondan sendiri.

"Pak Bondan bisa jadi memang pintar mencari (kata yang tepat), jeli menangkapnya, atau sebenarnya popularitas kata 'maknyus' tidak ia dirancang, tiba-tiba saja," ujarnya.
"Saya tidak yakin, apakah ketika kata 'maknyus' diucap orang lain nuansa maknanya akan sama (seperti jika Bondan yang mengucapkan). Bisa jadi, kalau bukan penutur asli, cara mengucapnya tidak akan benar, irama, intonasi tidak benar," tambah Karsono.
bondan-maknyus

Sementara menurut Dosen Budaya Jawa FIB UI, Prapto Yuwono, kata 'maknyus' sejatinya adalah ungkapan seseorang saat merasakan apa pun yang berkaitan dengan panca indera.

"'Nyus' sama dengan 'nyos', tiruan bunyi, seperti suara besi panas saat dimasukkan ke dalam air," katanya.
Menurut Prapto, Bondan menggunakan ungkapan tersebut sebagai rasa terkejut dan kagum saat merasakan sesuatu di lidah. Namun, penggunaan itu baginya salah kaprah.

"Salah kaprah Bondan. ‘Nyus' itu bunyi besi panas di air, tapi dia menyatakannya untuk kuliner lezat. Tidak sesuai, tapi ya sudah viral, dan akhirnya tidak melihat lagi arti sebenarnya," katanya.

Meski begitu, ia sepakat bahwa kata 'maknyus' tidak ada di dalam kamus. Namun kata-kata itu sudah kerap digunakan sebagai ungkapan spontan sehari-hari. SUMBER BERITA DAN FOTO 


Bodan Winarno dan Jargon ''Maknyus''


maknyus-bondan

COBROTAN.COM - Pernah dengar jargon  ‘maknyus'. Nah, kata-kata ini tak lepas dari Bondan Winarno, saat menjadi host dalam acara kuliner di stasiun TV swasta di Indonesia. Jargon ‘Maknyus’ kini menjadi salah satu kalimat yang dipakai hampir seluruh warga negara Indonesia. Jargon ini merupakan peninggalan Bondan yang menghadap ke illahi di RS Harapan Kita Jakarta, Rabu (29/11) pukul 09.05 WIB.

Mengulik jargon 'Maknyus', CNNIndonesia mengulasnya secara lengkap. 
‘Maknyus’ dipopulerkan Bondan kala dirinya menjadi presenter di acara Wisata Kuliner yang tayang pada 2002-2012. Dosen Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Karsono H Saputra, Rabu (29/11).

"Dalam ilmu bahasa, 'nyus' merupakan tiruan bunyi yang juga onomatopoeia (formasi kata dari sebuah bunyi). Bisa berupa keadaan atau kata kerja untuk benda jatuh, ayam berkokok. Sedangkan 'mak' itu untuk ungkapan yang tiba-tiba, seketika atau spontan," katanya.

"Jadi 'mak' terus diikuti tiruan bunyinya. Bisa 'nyus', atau lainnya," tambah Karsono.

Ia melanjutkan, 'nyus' kerap digunakan untuk menunjukkan rasa manis seperti merasakan air teh atau tebu. "Rasa manis yang luar biasa," katanya.
Tapi ‘maknyus’ yang diucapkan Bondan telah diperluas maknanya. Bukan hanya manis, melainkan semua yang rasanya luar biasa. Yang jelas, itu tidak mengubah maknanya.

“Perluasan makna sudah biasa terjadi," ungkapnya.


‘Maknyus' sendiri tidak ada dalam kamus bahasa jawa. Apalagi kamus besar bahasa Indonesia. Itu hanya kata-kata tidak baku yang dipopulerkan oleh Bondan sendiri.

"Pak Bondan bisa jadi memang pintar mencari (kata yang tepat), jeli menangkapnya, atau sebenarnya popularitas kata 'maknyus' tidak ia dirancang, tiba-tiba saja," ujarnya.
"Saya tidak yakin, apakah ketika kata 'maknyus' diucap orang lain nuansa maknanya akan sama (seperti jika Bondan yang mengucapkan). Bisa jadi, kalau bukan penutur asli, cara mengucapnya tidak akan benar, irama, intonasi tidak benar," tambah Karsono.
bondan-maknyus

Sementara menurut Dosen Budaya Jawa FIB UI, Prapto Yuwono, kata 'maknyus' sejatinya adalah ungkapan seseorang saat merasakan apa pun yang berkaitan dengan panca indera.

"'Nyus' sama dengan 'nyos', tiruan bunyi, seperti suara besi panas saat dimasukkan ke dalam air," katanya.
Menurut Prapto, Bondan menggunakan ungkapan tersebut sebagai rasa terkejut dan kagum saat merasakan sesuatu di lidah. Namun, penggunaan itu baginya salah kaprah.

"Salah kaprah Bondan. ‘Nyus' itu bunyi besi panas di air, tapi dia menyatakannya untuk kuliner lezat. Tidak sesuai, tapi ya sudah viral, dan akhirnya tidak melihat lagi arti sebenarnya," katanya.

Meski begitu, ia sepakat bahwa kata 'maknyus' tidak ada di dalam kamus. Namun kata-kata itu sudah kerap digunakan sebagai ungkapan spontan sehari-hari. SUMBER BERITA DAN FOTO 


Tidak ada komentar