KRI-BOYOLALI

COBROTAN.COM- Komunitas Relawan Independen atau KRI adalah komunitas relawan yang personilnya selalu berada di garda terdepan dalam memberikan pelayanan penyelamatan, rehabilitasi dan penanganan pra-pasca bencana. Anggotanya yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa selalu mencapai spot bencana paling awal. Di lingkungan relawan, mereka memang diakui semangat kuat membantu sesama, tanpa tendensi, dan tanpa bayaran.
Datang ke lokasi bencana dengan kemauan kuat untuk membantu dengan bekal seadanya. Namun demikian, saat di lapangan, personil KRI ini tak pernah mengeluh atau malah memberatkan operasi pra-pasca bencana.
Seperti bencana alam di tiga provinsi yakni Jatim, Jateng, dan DIY. Ratusan relawan KRI dari berbagai penjuru Tanah Air berdatangan dengan modal sendiri. 
"Dari Surabaya, Demak, Semarang, Bekasi, Solo Raya menuju lokasi bencana baik di Pacitan Jatim, Wonogiri Jateng, dan Bantul DIY untuk membantu sesama. Kami datang untuk sesama tanpa ada harapan pamrih," kata sesepuh KRI Pusat Lanang Raga Oentoeng.



Tak heran saat sebuah televisi swasta menyorot proses evakuasi korban bencana. Personil KRI dan relawan lainnya masuk dalam kamera. Bukannya untuk gagah-gagahan atau numpang populer. Keberadaan relawan KRI yang berada di jantung bencana membuat seragam oranye dengan tulisan KRI amat mudah ditemui.
"Memang kami berusaha keras berada dijantung bencana, kalau masuk sorotan kamera sudah menjadi konsekuensi," imbuh Oentong. 
Diambil dari namanya relawan independen, komunitas ini memang bergerak dan beroperasi dengan dana swadaya. Di lapangan, relawan ini berkoordinasi dengan potensi SAR lainnya. 
Dikutip dari wartosolo.com, salah satu misi utama komunitas satu ini adalah mendedikasikan seluruh aktivitasnya pada kegiatan kemanusiaan dan sosial. Tak ada tendensi, afiliasi apapun terhadap suku, ras, agama dan kelompok tertentu. Sekaligus tak mau terikat dengan lembaga, institusi, organisasi manapun dengan kepentingan apapun. 
Sejak awal mula didirkankan pada 2006 silam, bersamaan dengan peristiwa bencana aksi gempa Bantul (DIY) dan Klaten (Jateng), dan berkiprah di bidang kemanusiaan selama 11 tahun. Komunitas Relawan Independen (KRI) ini benar-benar menjunjung tinggi rasa independensi dan profesionlitas. Kemandirian inilah yang terus dipertahankan hingga menjadi ciri khas komunitas yang berpusat di pinggiran timur Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.  
Hal lain yang membuat komunitas ini menonjol dibandingkan komunitas sejenis, terkait pendanaan organisasi. Anggaran yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh aksi kemanusiaan dan organisasi murni dari kantong anggota. Bukanya gengsi untuk mengemis bantuan pemerintah, swasta, atau korban bencana. Tetapi sudah sejak dari dulu dilahirkan, pendanaan kegiatan korps baju oranye ini murni diperoleh secara bantingan para anggotanya.

BACA : Antisipasi Benjir Solo, Prajurit Kodim ini Siap Kapanpun Diterjunkan

Ciri khas menonjol dari komunitas ini adalah metode perekrutan anggotanya. Korps berlogo merpati dengan slogan ''Avignam Jagat Samagram'' benar-benar memposisikan diri sebagai lembaga yang terbuka dan tak memandang latar belakang pendidikan, ekonomi, dan ketrampilan yang dimiliki. Siapa saja yang hendak bergabung organisasi ini dipersilahkan asalkan menjalankan misi dan visi yang sudah digariskan. Asalkan mengisi formulir yang disediakan oleh tim KRI, maka sahlah dia sebagai anggota KRI.

Garda Terdepan

Dari database organisasi menyebutkan, tak sedikit anggotanya yang bekerja serabutan di bidang non-formal. Di antaranya sebagai, kuli bangunan, kuli angkut di pasar, petani, guru, editor di penerbitan, pedagang, mahasiswa dan lain sebagainya.
BOYOLALI-KRI

Bahkan sekretaris jenderal (sekjen) KRI, Wahyudi ''jenggot'' sehari-hari bekerja sebagai kuli angkut di pasar tradisionl di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jateng. 
"Saya sebagai sekjen (sekretaris jenderal) KRI bekerja sebagai kuli angkut di pasar. Pekerjaan tak menghalangi terjun di bidang kemanusiaan," terang pria yang akrab disapa Jenggot.
Unsur-unsur kemandirian, independen, keikhlasan, kesukarelaan, kemanusiaan, kebersamaan, kenetralan, dan kesatuan inilah yang mebuat KRI kian tumbuh, besar dan mengakar kuat. Keanggotaanya tidak saja tersentral di Jawa saja. Member KRI tersebar di seluruh Indonesia. "Karena sifatnya cair inilah, KRI banyak diminati," kata Jenggot. 
Berbicara tentang kontribusi awak KRI terkenal militan. Tak jarang dalam setiap kegiatan kemanusiaan, mereka selalu berada di garda terdepan. Tanpa dikomando dan diperintah, setiap ada permintaan pertolongan, atau kejadian di lapangan anggota KRI langsung terjun. Tak jarang kontribusi, loyalitas dan dedikasi KRI di lapangan selalu diatributi hero oleh pihak-pihak yang merasa dibantu atau rekan sesama sukarelawan. SUMBER  

SIMAK JUGA : Banjir Air Mata Keluarga Iringi Pemakaman Bondan Winarno

Modal Nekat, Relawan KRI ini Langsung Terjun ke Pusat Bencana

KRI-BOYOLALI

COBROTAN.COM- Komunitas Relawan Independen atau KRI adalah komunitas relawan yang personilnya selalu berada di garda terdepan dalam memberikan pelayanan penyelamatan, rehabilitasi dan penanganan pra-pasca bencana. Anggotanya yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa selalu mencapai spot bencana paling awal. Di lingkungan relawan, mereka memang diakui semangat kuat membantu sesama, tanpa tendensi, dan tanpa bayaran.
Datang ke lokasi bencana dengan kemauan kuat untuk membantu dengan bekal seadanya. Namun demikian, saat di lapangan, personil KRI ini tak pernah mengeluh atau malah memberatkan operasi pra-pasca bencana.
Seperti bencana alam di tiga provinsi yakni Jatim, Jateng, dan DIY. Ratusan relawan KRI dari berbagai penjuru Tanah Air berdatangan dengan modal sendiri. 
"Dari Surabaya, Demak, Semarang, Bekasi, Solo Raya menuju lokasi bencana baik di Pacitan Jatim, Wonogiri Jateng, dan Bantul DIY untuk membantu sesama. Kami datang untuk sesama tanpa ada harapan pamrih," kata sesepuh KRI Pusat Lanang Raga Oentoeng.



Tak heran saat sebuah televisi swasta menyorot proses evakuasi korban bencana. Personil KRI dan relawan lainnya masuk dalam kamera. Bukannya untuk gagah-gagahan atau numpang populer. Keberadaan relawan KRI yang berada di jantung bencana membuat seragam oranye dengan tulisan KRI amat mudah ditemui.
"Memang kami berusaha keras berada dijantung bencana, kalau masuk sorotan kamera sudah menjadi konsekuensi," imbuh Oentong. 
Diambil dari namanya relawan independen, komunitas ini memang bergerak dan beroperasi dengan dana swadaya. Di lapangan, relawan ini berkoordinasi dengan potensi SAR lainnya. 
Dikutip dari wartosolo.com, salah satu misi utama komunitas satu ini adalah mendedikasikan seluruh aktivitasnya pada kegiatan kemanusiaan dan sosial. Tak ada tendensi, afiliasi apapun terhadap suku, ras, agama dan kelompok tertentu. Sekaligus tak mau terikat dengan lembaga, institusi, organisasi manapun dengan kepentingan apapun. 
Sejak awal mula didirkankan pada 2006 silam, bersamaan dengan peristiwa bencana aksi gempa Bantul (DIY) dan Klaten (Jateng), dan berkiprah di bidang kemanusiaan selama 11 tahun. Komunitas Relawan Independen (KRI) ini benar-benar menjunjung tinggi rasa independensi dan profesionlitas. Kemandirian inilah yang terus dipertahankan hingga menjadi ciri khas komunitas yang berpusat di pinggiran timur Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.  
Hal lain yang membuat komunitas ini menonjol dibandingkan komunitas sejenis, terkait pendanaan organisasi. Anggaran yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh aksi kemanusiaan dan organisasi murni dari kantong anggota. Bukanya gengsi untuk mengemis bantuan pemerintah, swasta, atau korban bencana. Tetapi sudah sejak dari dulu dilahirkan, pendanaan kegiatan korps baju oranye ini murni diperoleh secara bantingan para anggotanya.

BACA : Antisipasi Benjir Solo, Prajurit Kodim ini Siap Kapanpun Diterjunkan

Ciri khas menonjol dari komunitas ini adalah metode perekrutan anggotanya. Korps berlogo merpati dengan slogan ''Avignam Jagat Samagram'' benar-benar memposisikan diri sebagai lembaga yang terbuka dan tak memandang latar belakang pendidikan, ekonomi, dan ketrampilan yang dimiliki. Siapa saja yang hendak bergabung organisasi ini dipersilahkan asalkan menjalankan misi dan visi yang sudah digariskan. Asalkan mengisi formulir yang disediakan oleh tim KRI, maka sahlah dia sebagai anggota KRI.

Garda Terdepan

Dari database organisasi menyebutkan, tak sedikit anggotanya yang bekerja serabutan di bidang non-formal. Di antaranya sebagai, kuli bangunan, kuli angkut di pasar, petani, guru, editor di penerbitan, pedagang, mahasiswa dan lain sebagainya.
BOYOLALI-KRI

Bahkan sekretaris jenderal (sekjen) KRI, Wahyudi ''jenggot'' sehari-hari bekerja sebagai kuli angkut di pasar tradisionl di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jateng. 
"Saya sebagai sekjen (sekretaris jenderal) KRI bekerja sebagai kuli angkut di pasar. Pekerjaan tak menghalangi terjun di bidang kemanusiaan," terang pria yang akrab disapa Jenggot.
Unsur-unsur kemandirian, independen, keikhlasan, kesukarelaan, kemanusiaan, kebersamaan, kenetralan, dan kesatuan inilah yang mebuat KRI kian tumbuh, besar dan mengakar kuat. Keanggotaanya tidak saja tersentral di Jawa saja. Member KRI tersebar di seluruh Indonesia. "Karena sifatnya cair inilah, KRI banyak diminati," kata Jenggot. 
Berbicara tentang kontribusi awak KRI terkenal militan. Tak jarang dalam setiap kegiatan kemanusiaan, mereka selalu berada di garda terdepan. Tanpa dikomando dan diperintah, setiap ada permintaan pertolongan, atau kejadian di lapangan anggota KRI langsung terjun. Tak jarang kontribusi, loyalitas dan dedikasi KRI di lapangan selalu diatributi hero oleh pihak-pihak yang merasa dibantu atau rekan sesama sukarelawan. SUMBER  

SIMAK JUGA : Banjir Air Mata Keluarga Iringi Pemakaman Bondan Winarno

Tidak ada komentar