hiv-aids


COBROTAN.COM -  Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali hingga saat ini mencapai 423 orang. Di tahun 2017 ini, ada 3 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal dunia.

Data di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Boyolali, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali yang berjumlah 423 orang tersebut merupakan kasus dari tahun 2005 hingga 2017 ini. Sebanyak 83 ODHA diantaranya meninggal dunia. 

Jumlah penderita terbanyak di Kecamatan Boyolali Kota yakni 29 pasien. Kedua Kecamatan Ampel sebanyak 25 orang, disusul Kecamatan Mojosongo dan Banyudono masing–masing ada 19 orang. Sedangkan penderita terendah berada di Kecamatan Selo yakni ada 2 orang. Sementara dari sisi jenis kelamin, laki-laki sebanyak 61 persen dan kaum perempuan 39 persen. 

Dijelaskan Titiek, ODHA ini kondisi kesehatannya semakin melemah. Untuk itu, agar ODHA dapat tertangani dengan baik, dibutuhkan upaya dari KPA dan ODHA itu sendiri.

"Maka kami selalu mengimbau kepada masyarakat yang menderita HIV/AIDS, silahkan lapor agar dapat tertangani dengan baik," ujar Sekretaris KPA Boyolali, Titiek Sumartini, seperti dikuti news.detik.com.


Sejumlah rumah sakit dan Puskesmas di Boyolali, lanjut dia, sudah memiliki fasilitas kesehatan yang siap menangani ODHA. Antara lain RSUD Pandan Arang, RSUD Simo, RSUD Andong, Puskesmas I Boyolali, Puskesmas Banyudono I dan Puskesmas Ngemplak. 
aids-hiv

"Kekebalan tubuh ODHA itu dapat terus terjaga dengan pemeriksaan secara rutin. Karena obat untuk penyakit ini belum ada, jadi yang dilakukan hanya untuk menjaga kekebalan tubuh saja," kata Titiek.

Pihaknya pun meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah memberikan stigma negatif dan diskriminasi kepada ODHA. 

Kasi Pencegahan Pengendali Penyakit Menular, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Iwan Wahyu Utomo, mengatakan melakukan jemput bola dengan memeriksa masyarakat yang memiliki resiko tinggi terkena HIV/AIDS. Seperti kepada Wanita Pekerja Seks, transgender, komunitas gay dan lesbi. Juga melakukan pemeriksaan kepada ibu hamil. 

Sementara itu Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S. Lina, dalam kesempatan yang sama berharap penderita HIV/AIDS di Boyolali yang terdeteksi semakin banyak. Dengan terdeteksinya para penderita HIV/AIDS, sehingga pola penanganan dan pencegahan penyebarannya pun dapat dikendalikan. 

"Maka pemeriksaan kesehatan diperlukan. Saya berani, saya sehat yang berarti berani periksa bisa sehat," tegas Ratri. 

Tanpa Ampun, 83 Penderita HIV/AIDS di Boyolali Dipanggil Sang Kholiq

hiv-aids


COBROTAN.COM -  Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali hingga saat ini mencapai 423 orang. Di tahun 2017 ini, ada 3 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal dunia.

Data di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Boyolali, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali yang berjumlah 423 orang tersebut merupakan kasus dari tahun 2005 hingga 2017 ini. Sebanyak 83 ODHA diantaranya meninggal dunia. 

Jumlah penderita terbanyak di Kecamatan Boyolali Kota yakni 29 pasien. Kedua Kecamatan Ampel sebanyak 25 orang, disusul Kecamatan Mojosongo dan Banyudono masing–masing ada 19 orang. Sedangkan penderita terendah berada di Kecamatan Selo yakni ada 2 orang. Sementara dari sisi jenis kelamin, laki-laki sebanyak 61 persen dan kaum perempuan 39 persen. 

Dijelaskan Titiek, ODHA ini kondisi kesehatannya semakin melemah. Untuk itu, agar ODHA dapat tertangani dengan baik, dibutuhkan upaya dari KPA dan ODHA itu sendiri.

"Maka kami selalu mengimbau kepada masyarakat yang menderita HIV/AIDS, silahkan lapor agar dapat tertangani dengan baik," ujar Sekretaris KPA Boyolali, Titiek Sumartini, seperti dikuti news.detik.com.


Sejumlah rumah sakit dan Puskesmas di Boyolali, lanjut dia, sudah memiliki fasilitas kesehatan yang siap menangani ODHA. Antara lain RSUD Pandan Arang, RSUD Simo, RSUD Andong, Puskesmas I Boyolali, Puskesmas Banyudono I dan Puskesmas Ngemplak. 
aids-hiv

"Kekebalan tubuh ODHA itu dapat terus terjaga dengan pemeriksaan secara rutin. Karena obat untuk penyakit ini belum ada, jadi yang dilakukan hanya untuk menjaga kekebalan tubuh saja," kata Titiek.

Pihaknya pun meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah memberikan stigma negatif dan diskriminasi kepada ODHA. 

Kasi Pencegahan Pengendali Penyakit Menular, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Iwan Wahyu Utomo, mengatakan melakukan jemput bola dengan memeriksa masyarakat yang memiliki resiko tinggi terkena HIV/AIDS. Seperti kepada Wanita Pekerja Seks, transgender, komunitas gay dan lesbi. Juga melakukan pemeriksaan kepada ibu hamil. 

Sementara itu Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S. Lina, dalam kesempatan yang sama berharap penderita HIV/AIDS di Boyolali yang terdeteksi semakin banyak. Dengan terdeteksinya para penderita HIV/AIDS, sehingga pola penanganan dan pencegahan penyebarannya pun dapat dikendalikan. 

"Maka pemeriksaan kesehatan diperlukan. Saya berani, saya sehat yang berarti berani periksa bisa sehat," tegas Ratri. 

Tidak ada komentar