COBROTAN.COM - Pasukan Korps Baret Merah TNI Angkatan Darat kerap menuai keberhasilan dalam sejumlah penugasan baik di dalam maupun di luar negeri. Nama satuan elite TNI AD ini mulai bersinar ketika bernama RPKAD, saat penumpasan G30 S PKI dipimpin Kol Inf Sarwo E Wibowo. Walau namanya kemudian berubah menjadi Puspassus AD, Kopasandha hingga Komando Pasukan Khusus (Kopassus) namun prestasi terus ditorehkan anggota pasukan elite TNI AD ini.
Dalam penugasan di Irian Barat atau Papua jejak kekeberhasilan pasukan ini pun kerap tertutupi dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia sehingga mayoritas dari kegiatan dari satuan Kopassus tidak pernah diketahui secara menyeluruh.
Karena anggota Kopassus kerap di Bawah Kendali Operasi (BKO) kan ke dalam Kodam setempat sehingga keberhasilannya pun hanya kerap tersiar dari mulut ke mulut sesama anggota pasukan di lapangan.
Salah satunya saat operasi pembebasan Bandara Kobagma saat masih berada di Kabupaten Jayawijaya (saat ini masuk dalam Kabupaten Membramo Tengah).
Dimana sejumlah personel Kopassus berhasil melumpuhkan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menguasai bandara tersebut. Operasi dilakukan tertutup dan senyap dalam tempo singkat bandara perintis yang dikuasai OPM tersebut dapat berhasil dikuasai pasukan korps baret merah TNI AD ini dan dapat dioperasikan kembali.
Hal ini pun dibenarkan Kapendam XVII/Cenderawasih Kol Inf M Aidi Nubic. "Ya informasi tersebut memang benar terjadi beberapa tahun lalu. Tapi karena operasinya sipatnya tertutup jadi tidak terekpose ke luar," kata perwira menengah yang juga menyandang bravet Komando ini, kepada SINDOnews, beberapa waktu lalu.
Namun salah satu prestasi yang begitu diingat dan terekpose hingga dunia internasional adalah saat pembebasan sandera Ekpedisi Lorenz 95 yang dipimpin Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto kala itu.
Dimana pada 9 Mei 1996 satuan elite Kopassus menyerbu markas OPM di Desa Geselama, Mimika dengan menggunakan sejumlah helikopter Penerbad (Mobud-mobile udara). Operasi ini mengakhiri drama penyanderaan selama 130 hari.
Dalam penyerbuan ini, sembilan sandera berhasil dibebaskan pasukan Kopassus dan Satgas Rajawali BKO Kodam VIII/Trikora saat itu. Namun dua dari 11 sandera ditemukan tewas yaitu Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W Th Panekenan, seorang peneliti biologi.
Kemudian prestasi kembali ditorehkan oleh 13 personel Kopassus dimana pada Jumat 17 November 2017 mereka berhasil memandu sejumlah Pasukan Raider dan Tontaipur Kostrad sehingga berhasil membebaskan ratusan warga Kimbeli dan Banti, Tembagapura, Papua.
Kol Inf M Aidi Nubic menerangkan, sebanyak 13 anggota Kopassus yang diterjunkan dalam operasi pembebasan sandera tersebut merupakan pasukan di Bawah Kendali Operasi (BKO) Kodam XVII/Cenderawasih yang telah 7 bulan berada di Provinsi Papua. Ke-13 anggota Kopassus tersebut diambil dari Grup 1 Serang, Grup 2 Kartosuro dan dari Satuan Penanggulangan Anti Teror/Gultor 81 dipimpin Lettu Inf Sukma.
Aidi mengisahkan proses pembebasan warga itu dimana pasukan pemukul Kodam Cenderawasih dari Satuan Raider dan Tontaipur Kostrad yang dipandu tim Kopassus sudah bergerak ke lokasi sasaran sejak lima hari sebelumnya.
"Mereka bergerak dengan senyap, sangat rahasia pada malam hari. Lalu pada siang hari mereka mengendap. Sambil mengamati situasi hingga mereka telah mencapai sasaran pada Kamis 16 November 2017. Bahkan saat itu anggota yang tidak makan satu hari ini sudah meminta izin kepada Pangdam selaku pimpinan operasi untuk segera mengambil tindakan karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter," kata Kol Inf Aidi.
Namun Pangdam Cenderawasih memberikan petunjuk bahwa kelompok kriminal bersenjata masih membaur dengan masyarakat sipil. Sehingga tidak boleh diambil tindakan karena operasi lebih mengutamakan keselamatan warga sipil yang tersandera.
Lalu pada Jumat pagi 17 November 2017 sekitar pukul 04.17 WIT disaat masih gelap pasukan melakukan penyerbuan di kedua kampung tersebut.
"Kurang dari 2 jam atau sekitar 78 menit seluruh medan di kamp yang sebelumnya dikuasai kelompok kriminal bersenjata berhasil diduduki Kopassus, Raider dan Tontaipur. Lalu para kelompok separatis tersebut berhamburan melarikan diri ke hutan dan gunung," ungkap Kapendam.
Atas keberhasilan tersebut sejumlah anggota Kopassus beserta prajurit Raider dan Tontaipur Kostrad mendapat kenaikan pangkat luar biasa di Mimika, Papua, Minggu 18 November 2017.
Penganugrahan pangkat ini, langsung diberikan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang memimpin langsung upacara tersebut.SUMBER